
Menggunakan kosa kata yang berarti luas dan memiliki makna religi saat digabungkan ''Menitik Ikhlas" pada tagline 2022 Radio Walisongo FM mengandung arti kelas verba atau kata kerja yang menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman dan semua kejadian selama pandemi Covid-19 yang tengah melanda bumi kita mauoun perjalanan usaha Radio Walisongo FM.
Sebuah keikhlasan dalam menerima kehadiran keluarga dan anggota baru maupun kepergian orang-orang yang pernah ada bersama kita, harus disikapi dengan keikhlasan hati.
Bahwa setiap perubahan harus diterima sebagai kehendak Allah SWT, apapun & bagaimanapun perjalanannya. Menempatkan keikhlasan hati sebagai pembuka harapan dalam seiring setiap perjalanan kita merupakan sikap terbaik, karena berpikir positif dan menerima apapun perubahan dengan hatiyang lapang dan ikhlas dapat membuat hati dan jiwa kita lebih tenang.
Tagline "Menitik Ikhlas" menggambarkan semua perjalanan yang pernah terjadidan berlaku sepanjang perjalanan hidup kita dan semoga tagline ini juga bisa menjadi makna "Muhasabah" kita semua.
Jadwal Siaran :
Sarapan Pagi 06.00-10.00
- DSB (Setiap Hari Rabu)
- ROIR (Setiap Hari Jumat)
- Si Bocil (Setiap Hari Minggu)
- CJDW 10.00-11.00
- Kelana Masa 11.00-12.00
- Kelana Masa Tribute (Setiap Hari Kamis)
- Dampar Suci 12.00-13.00
- Religi Siang 13.00-14.00
- Musik Spesial Jumat (Setiap Hari Jumat)
- Grenada 14.00-16.00
- Relaxasion 16.00-18.00
- TOP-9 16.00-17.00
- (Setiap Hari Sabtu)
- After City Hour 18.00-20.00
- SLAM 20.00-22.00
- Duth Santer 22.00-24.00
Mengelola dan mengembangkan Radio Walisongo Pekalongan saat ini ibarat menyayangi warisan budaya berharga milik masyarakat di wilayah Pekalongan dan sekitarnya. Radio siaran swasta inii sudah beroperasi sejak 7 Juni 1969 dengan nama Radio PTDI (Pendidikan Tinggi dakwah Islam).Radio Walisongo Pekalongan selama 40 tahun memancar dengan di jalur AM, namun sejak 2013 hingga saat ini Radio Walisongo Pekalongan telah memancar di jalur FM dan pada frekuensi 95,6 MHz.
Berada di tengah kehidupan masyarakat Pekalongan yang memilki etos kehidupan yang sangatlah tinggi. Dari masa ke masa kekuatan ekonomi masyarakat di wilayah Pekalongan, baik dari wilayah kota maupun kabupaten cukup baik. Ekonomi berbasis industri tekstil batik dan kerajinan tumbuh demikian pesatnya.Koperasi-koperasi yang beranggotakan pengrajin batik tumbuh di kota kecamatandan menjadi motor penggerak ekonomi yang sangat dominan. Usaha swasta di sektorini menjadi tempat bergantung masyarakat di kota yang memili julukan kota santri ini.
Memilki etos kerja sebagai wirausaha yang religius telah melahirkan koperasi-koperasi batik yang sangat kuat, koperasi batik PPIP, Setono, Buaran, Pekajangan, Wonopringgo dan Kopindo yang mampu mendirikan Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI) menjadi salah satuinstitusi koperasi terbesar di negeri ini dengan asset yang tidak kalah besarnya yang terdiri dari pabrik-pabrik tekstil di berbagai wilayah dengan daya serap lapangan kerja yang tidak kalah besarnya.
Secara statistik wilayah Pekalongan masih merupakan wilayah agraris yang masyarakatnya bergantung dari kegiatan sektor pertanian dan perikanan. Apalagi sejak Pelabuhan Pekalongan dijadikan Pelabuhan Nusantara I tahun 1980-an, sebagian masyarakat juga terjun di sektor usaha perikanan. Berbeda dengan bekerja di pabrik masinal, sehari-hari mayoritas masyarakat Pekalongan dari pagi hingga sore berada di sentra-sentra kerja kerajinan, yang suasananya relatif lebih enak untuk bekerja sambil mendengarkan siaran radio. Karena itu, bisa dibilang masyarakat Pekalongan potensial sebagai pendengar atau penikmat siaran radio.
Berita Terkini
Company Profile
Galeri Foto
Direksi & Kru
Program Harian
Program Mingguan
Rate Iklan
Referensi Iklan